Rekening Diblokir Karena Terlalu Rajin Menabung, Warga Menganggur Justru Diberi Medali "Pahlawan Tanpa Tugas

Jakarta – Dalam langkah revolusioner yang bikin dompet bergetar, pemerintah resmi menerapkan kebijakan pemblokiran rekening bank yang "terlalu setia" pada pemiliknya selama tiga bulan tanpa transaksi. Sementara itu, tanah yang menganggur lebih dari dua tahun akan langsung disita negara karena dianggap "malas produktif". Namun, ironi terjadi ketika ratusan ribu warga yang menganggur selama bertahun-tahun justru dibiarkan berkeliaran bebas, bahkan diberi julukan kehormatan: "Pahlawan Tanpa Tugas".

Kebijakan ini, yang dicanangkan oleh Kementerian Keuangan dalam kolaborasi dengan Badan Pencipta Kebingungan Nasional (BPK-N), mulai berlaku per 1 April—meskipun banyak yang mengira ini lelucon April Mop yang terlalu meyakinkan.

Menurut Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati (yang dalam siaran pers menyebut dirinya "Sri Mulyani, the Account Slayer"), rekening yang tidak digunakan selama tiga bulan dianggap "terlalu santai" dan berpotensi menjadi sarang uang hantu.

"Uang itu harus bekerja, bukan tidur-tiduran di rekening seperti pensiunan yang baru pensiun," ujarnya dalam konferensi pers yang disiarkan langsung dari ATM terakhir yang masih beroperasi normal. "Kalau uangnya malas, kami blokir. Kalau orangnya malas? Ya, itu urusan dia. Kami malah kasih sertifikat."

Dalam kebijakan paralel, Kementerian Agraria dan Tata Ruang meluncurkan program "Tanah Jangan Galau" yang memberi ultimatum dua tahun bagi pemilik lahan untuk segera membangun sesuatu—bisa berupa rumah, kandang ayam, atau bahkan hamparan jagung yang bergerak mengikuti musik. Jika tidak, tanah akan disita dan diubah menjadi "Taman Rekreasi Produktivitas Nasional" yang nantinya akan dilengkapi dengan treadmill raksasa dan mesin ketik elektrik untuk memicu semangat kerja.

Namun, ironi terjadi di sisi lain. Budi Santoso, 34, warga Depok yang telah menganggur sejak lulus kuliah tahun 2017, mengaku bingung. "Saya sudah kirim 347 CV, ikut 12 pelatihan soft skill, bahkan sempat jadi model iklan sabun cair—tapi tetap nganggur. Eh, negara malah kasih saya sertifikat 'Pengangguran Berprestasi Tahun Ini' lewat pos. Sertifikatnya bisa saya makan? Enggak. Bisa bayar listrik? Enggak. Tapi penuh dengan hologram dan embos."

Ditemui di depan minimarket tempat ia biasa numpang WiFi, Budi menambahkan, "Saya coba transfer Rp100 ke rekening saya biar nggak diblokir. Tapi ternyata, rekeningnya sudah dibekukan karena terlalu lama 'bermeditasi' tanpa transaksi. Padahal saya kan penganggur aktif! Saya tiap hari scroll loker, refresh email, dan dream job terus!"

Sementara itu, Prof. Dr. Ir. Teguh Wira Wijaya, pakar Ekonomi Absurd dari Institut Teknologi Lucu (ITL), menjelaskan bahwa kebijakan ini sebenarnya logis dalam konteks paradigma kelambanan terbalik.

"Di dunia modern, uang dan tanah harus produktif, sementara manusia cukup eksis. Kalau manusia dipaksa kerja, bisa mogok. Tapi kalau uang dikasih libur, dia bisa overthinking dan kabur ke luar negeri," jelasnya sambil meminum kopi dari cangkir bertuliskan "Saya Tidak Menganggur, Saya Sedang dalam Proses Validasi Diri."

Hingga kini, pemerintah masih membuka pendaftaran untuk program "Dari Nganggur Jadi Inspirasi", di mana penganggur bisa mengikuti seminar motivasi yang dibayar dengan poin kehadiran—yang bisa ditukar dengan stiker bertuliskan "Aku Bangga Jadi Bagian dari Statistik."

Dan sementara rekening-rekening sepi menangis di balik firewall, serta tanah-tanah kosong bersiap diubah jadi pusat pelatihan drone penggarap sawah otomatis, satu hal yang pasti:
Di negeri ini, asetmu harus kerja keras—tapi kamu? Silakan bersantai. Negara bahkan siap mencantumkan namamu di buku sejarah versi komik.

Posting Komentar