Konoha – Siapa sangka, di antara lautan jurusan kuliah yang menjanjikan karir cemerlang, tersimpan 'harta karun' tersembunyi yang justru memimpin armada pengangguran terbesar di Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS), dalam laporan yang membuat para calon mahasiswa bingung setengah mati, baru-baru ini mengumumkan daftar jurusan SMK dan kuliah favorit yang menjadi 'Kapal Bajak Laut' penyumbang angka pengangguran tertinggi. Data ini, yang konon disembunyikan lebih rapat dari Poneglyph di Raftel, akhirnya terkuak berkat 'penyelidikan' sekelompok pemuda yang lebih tertarik mencari 'One Piece' daripada pekerjaan. Lantas, apa sebenarnya 'rahasia' di balik jurusan-jurusan ini dan mengapa lulusannya seolah-olah sedang dalam misi 'menemukan impian' yang tak kunjung usai?
Geger! Itulah kata yang tepat menggambarkan suasana di Markas Besar BPS yang tiba-tiba dikepung oleh sekelompok orang aneh. Mereka bukanlah demonstran, melainkan 'Topi Jerami' versi pelajar yang dipimpin oleh seorang pemuda bertopi jerami kusut, Monkey D. Lutfy (bukan Luffy, ini nama aslinya). Mereka datang bukan untuk menguasai wilayah, melainkan untuk mengkonfirmasi rumor tentang 'One Piece' sejati yang ternyata bukan harta karun, melainkan gelar 'Sarjana Pengangguran Terhormat'.
"Kami mendengar desas-desus dari angin laut, bahwa ada 'Peta Harta Karun' yang menunjukkan jurusan-jurusan paling berbahaya! Kami ingin tahu kebenarannya!" seru Lutfy dengan semangat membakar jiwa, sambil menunjuk papan infografis BPS dengan ekspresi wajah yang sama persis saat ia menemukan daging masak.
Menanggapi 'invasi' ini, Kepala BPS, Dr. Statistiko R. Data, seorang pria berkacamata tebal dengan rambut yang diikat sanggul khas samurai, hanya bisa menghela napas. Dengan tenang, ia menjelaskan, "Yang Mulia Lutfy dan kru, data kami memang menunjukkan beberapa jurusan yang memiliki tingkat pengangguran tertinggi. Ini bukan karena jurusannya 'sial', melainkan karena jumlah lulusannya yang sangat besar, sementara lowongan kerja yang tersedia tidak sebanding. Ini seperti lautan, kapalnya banyak, tapi pulau untuk berlabuh sedikit."
Dr. Statistiko kemudian membuka sebuah gulungan kuno (yang ternyata hanya printout Excel) dan membeberkan 'Daftar Buronan' BPS versi pendidikan. Di puncak daftar, beberapa jurusan SMK seperti 'Teknik Kendaraan Ringan' dan 'Akuntansi' berdiri gagah, diikuti oleh para 'Yonkou' di level perkuliahan seperti 'Manajemen' dan 'Akuntansi'.
"Lho, kok Akuntansi ada di dua kategori?" tanya Usopp, si jenius pembohong di kru Lutfy, dengan mata melotot.
Dr. Statistiko tersenyum misterius. "Itulah yang kami sebut 'Dua Pulau Akuntansi'. Satu di SMK, satu di Perguruan Tinggi. Keduanya menghasilkan lulusan dalam jumlah yang sangat fantastis, menciptakan 'Badai' persaingan yang sangat sengit di dunia kerja. Banyak yang tersesat di 'Lautan Birokrasi' dan akhirnya 'terdampar' di Pulau Pengangguran."
Dialog semakin absurd saat Nami, si navigator jenius, ikut nimbrung. "Jadi, intinya peluangnya kecil seperti kemungkinan kami menemukan harta karun di pulau tak berpenghuni?"
"Persis seperti itu, Nami-san," jawab Dr. Statistiko. "Tapi jangan khawatir, kami juga punya 'Peta Grand Line' versi lain. Ada jurusan-jurusan seperti 'Teknik Informatika' atau 'Kesehatan' yang 'pulau'-nya masih luas dan penuh dengan 'harta karun' lowongan kerja."
Mendengar itu, Lutfy sontak berdiri dan mengangkat tinju ke udara. "Oke! Aku mengerti! Jurusan-jurusan itu adalah musuh bebuyutanku! Tapi tidak masalah! Aku akan tetap masuk jurusan yang aku suka! Karena menjadi Raja Bajak Laut... eh, Raja Pengangguran sekalipun, asal bersama teman-teman, itu adalah kebebasan sesungguhnya!"
Semua staf BPS pun terdiam, entah karena terinspirasi atau bingung dengan logika Lutfy.
Akhirnya, setelah mendapatkan 'peta' yang diinginkan, Lutfy dan kru pun berlayar pergi, meninggalkan kantor BPS yang kini dipenuhi aroma misterius 'daging bakar' yang entah dari mana asalnya. Dr. Statistiko, sambil memandangi mereka pergi, hanya bisa berbisik, "Mungkin... mungkin moral dari cerita ini adalah, jangan takut memilih jurusan hanya karena statistik. Yang terpenting adalah punya 'mimpi' sebesar Lutfy dan semangat untuk 'mengarungi' apapun lautan yang ada. Atau... moralnya adalah jangan percaya pada bocah bertopi jerami yang datang ke kantor BPS tanpa janji temu. Terserah kalian mau pilih yang mana."
Posting Komentar