Saldo Mendadak "Meditasi", PPATK Panen Doa Akut dari Warganet

Jakarta, Kucing Hitam News – Dunia perbankan Indonesia diguncang oleh fenomena aneh yang menyebabkan sejumlah rekening bank mendadak memilih jalan spiritual. Bagaimana tidak, dana yang tadinya siap sedia untuk berbagai kebutuhan, kini seolah-olah sedang "berpuasa" dan menolak untuk ditarik. Ironisnya, salah satu kasus yang menyita perhatian adalah dana untuk operasi anggota keluarga yang vital, kini hanya bisa dipandang, tak bisa dipegang.

Fenomena ini, menurut pengakuan warganet yang mengunggah keluh kesahnya di media sosial, menyebabkan krisis "duit tertahan" yang tak hanya meresahkan tapi juga berpotensi memicu genre drama baru: "Operasi Tertunda karena Dana Terblokir." Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) pun sontak menjadi target doa-doa, dari doa agar rezeki lancar hingga doa agar sistem mereka tidak lagi "masuk angin."


Salah satu korban terdampak, Ibu Titi Titin (55), seorang pedagang cilok keliling yang juga seorang "influencer" dadakan di grup WhatsApp RT, mengungkapkan kepedihannya. "Bayangkan, Mas! Duitnya ada, tapi kok ya kayak lagi puasa mutih gitu, nggak bisa disentuh. Anak saya batuk-batuknya sudah mirip suara klakson bus antar kota, lha ini mau dibawa ke rumah sakit malah disuruh puasa dulu duitnya!" ujarnya dengan logat Betawi yang kental, diselingi tangisan yang terdengar seperti suara kucing kejepit pintu. "Daripada menahan uang rakyat, kenapa nggak blokir aja situs-situs judi online itu? Kan jelas-jelas meresahkan!" tambahnya, sambil menunjuk-nunjuk ponselnya yang berisi notifikasi diskon Shopee.

Menanggapi fenomena "saldo meditasi" ini, seorang pakar keuangan fiktif, Prof. Dr. Honoris Causa Ngawur Bin Ngasal, dari Universitas Komedi Indonesia (UKI), memberikan analisisnya. "Ini adalah bentuk evolusi uang menuju kesadaran diri. Dulu uang hanya alat tukar, kini ia belajar menahan diri. Mungkin mereka sedang berlatih untuk menjadi uang yang lebih bijak di masa depan," jelas Prof. Ngawur sambil membetulkan kacamatanya yang terbalik. "PPATK mungkin sedang menguji ketahanan mental masyarakat. Siapa tahu dengan begini, kita semua jadi lebih sabar dan ikhlas, bahkan dalam menghadapi tagihan bulanan."

PPATK sendiri, melalui juru bicara fiktifnya, Bapak Tek Tek Bengek, menyatakan bahwa kebijakan ini adalah bagian dari "Program Penguatan Mental Masyarakat dan Peningkatan Kesabaran Nasional." "Kami tidak memblokir, kami hanya mengajak uang-uang tersebut untuk rehat sejenak. Anggap saja ini detoks finansial," ujar Bapak Tek Tek Bengek sambil tersenyum misterius. "Lagipula, kan banyak cara lain. Bisa pinjam tetangga dulu, atau jual gorengan. Yang penting jangan panik, karena panik itu tidak ada di kamus PPATK. Adanya cuma 'awas rekening Anda kami pantau'."


Sementara itu, di sebuah kedai kopi pinggir jalan, sekelompok bapak-bapak yang sedang asyik bermain catur, tiba-tiba menghentikan permainan mereka. "Jadi, intinya, kita semua harus mulai nabung di bawah bantal lagi, ya?" celetuk salah satu bapak, disambut anggukan pasrah dari yang lain. Rupanya, di era digital yang serba canggih ini, kearifan lokal "nabung di bawah kasur" justru menjadi solusi paling revolusioner. Mungkin, di masa depan, bank akan menyediakan layanan "brankas spiritual" yang hanya bisa dibuka dengan meditasi tingkat tinggi dan restu dari PPATK.

Posting Komentar