Magelang – Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja merilis data mengejutkan: penyebab utama kemiskinan di Indonesia ternyata karena rakyat terlalu sering membeli beras, rokok, telur, mi instan, dan kopi. Sementara itu, para pejabat justru semakin gemuk rekeningnya berkat "kegiatan belanja" yang lebih kreatif: memalak pajak dan mengorupsi uang rakyat.
"Ya, warga miskin karena konsumsi hariannya tidak terkontrol. Mereka harusnya lebih hemat, misalnya dengan berpuasa 24 jam sehari," kata seorang "pakar ekonomi" yang enggan disebutkan namanya karena takut ditagih utang oleh KPK.
Menurut laporan BPS, 99,9% penduduk miskin menghabiskan uangnya untuk kebutuhan pokok yang "tidak penting" seperti makan dan minum. "Ini sangat memprihatinkan. Bagaimana mau kaya kalau uangnya dipakai buat beli makan? Pejabat saja tidak pernah pakai uang sendiri untuk makan, selalu ada yang ngajak makan di restoran bintang lima," ujar Dr. Bambang Pencitraan, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Fiktif.
Sementara itu, sumber dari kalangan pejabat tinggi yang meminta anonimitas (karena sedang sibuk mengisi formulir LHKPN) menjelaskan rahasia kekayaan mereka. "Kami kan harus berpikir out of the box. Kalau rakyat beli beras, kami beli saham. Kalau rakyat beli rokok, kami beli mobil dinas. Kalau rakyat beli mi instan, kami beli villa di Puncak. Simple kan?"
Tak ketinggalan, seorang ibu rumah tangga di Bekasi, Siti (35), mengeluh, "Saya tiap bulan selalu kehabisan uang karena belanja sembako. Katanya pemerintah mau bantu, tapi kok bantuannya cuma sampai di berita saja, ya? Sama seperti janji suami saya yang bilang mau bantu cuci piring."
Di akhir konferensi pers, BPS memberikan solusi cerdas untuk mengatasi kemiskinan: "Rakyat harus berhenti membeli kebutuhan pokok dan beralih ke investasi, seperti tanah, emas, atau proyek fiktif. Toh, pejabat saja bisa kaya tanpa kerja keras, kenapa rakyat tidak?"
Sementara itu, Menkeu berjanji akan segera menaikkan pajak mi instan dan kopi agar rakyat "lebih disiplin dalam mengatur keuangan". "Kami tidak ingin rakyat terjebak dalam lingkaran kemiskinan. Lebih baik uangnya langsung masuk ke kas negara, biar kami yang atur dengan bijak," katanya sambil tersenyum di depan foto keluarga berframe emas.
Moral of the story:
Jika Anda miskin, itu salah Anda sendiri. Tapi jika pejabat korup, itu salah sistem. Atau salah Anda juga, karena tidak jadi pejabat.
Posting Komentar