Polisi Tangkap Provokator Demo di Pejompongan Jakarta, Ternyata Intel TNI

JAKARTA - Sebuah operasi pengamanan unik berakhir dengan kejadian tak terduga di tengah kerumunan demo di kawasan Pejompongan, Jakarta Utara, Rabu (24/5). Alih-alih menangkap provokator dari kalangan massa, polisi justru mengamankan seorang anggota intel TNI yang aktif memprovokasi dengan yel-yel "Reformasi digantung!". Terungkapnya identitas sang provokator, Mayor Infanteri Sudi Suwarno dari BAIS (Badan Intelijen Strategis), beserta izin membawa senjata api, membuat suasana yang awalnya tegang berubah menjadi episode komedi yang membingungkan.

Sumber dari kepolisian, Kompol Kenshin Himura (nama samaran), mengaku awalnya curiga dengan gerak-gerik seorang "demonstran" yang terlalu bersemangat. "Biasanya provokator pakai kaos oblong, ini pakai kemeja licin dan sepatu pantofel. Teriakannya 'Reformasi palsu!' tapi logatnya mirip komandan upacara. Yang bikin kami yakin, dia sambil teriak sempat-sempatnya baris-berbaris sendiri," ujar Kenshin sambil menggaruk-garuk kepalanya yang botak.

Saat diperiksa, Mayor Sudi yang mengaku sebagai penggemar berat anime Naruto ini memberikan alasan yang di luar nalar. Dalam berkas pemeriksaan yang diterima redaksi, tersangka mengaku sedang menjalankan misi "Undercover No Jutsu" tingkat tinggi untuk menyelidiki kemungkinan adanya sel organisasi Akatsuki yang menyusup ke dalam aksi unjuk rasa. "Saya hanya ingin membaur, memahami aspirasi mereka, dan mencari jejak chakra milik Pemimpin Akatsuki," ujar Sudi dengan wajah serius kepada penyidik.

Kepala BAIS, Jenderal TNI Shikamaru Nara, ketika dikonfirmasi mengaku sedang sangat "mendokusai" (kesal) dengan insiden ini. "Dia seharusnya hanya melakukan pengamatan. Ini salah strategi. Mungkin dia kebanyakan binge-watch Naruto Shippuden. Daripada memprovokasi, lebih baik tidur siang. Itu lebih produktif," keluhnya sambil menghela napas panjang, tampak sangat malas membahas kasus ini.

Mayor Sudi dikabarkan akan menjalani "pelatihan ulang" di markas BAIS. Bukan belajar intelijen konvensional, melainkan dia akan dikursuskan membedakan dunia shinobi dengan dunia nyata oleh seorang psikolog. Sebagai bagian dari rehabilitasi, dia juga diharuskan menonton film Ninja Hattori secara marathon untuk memahami bahwa ninja yang baik justru tidak mencolok.

Insiden ini menyisakan pelajaran berharga bagi semua pihak: jika Anda melihat seorang demonstran berpenampilan necis, bersepatu mengkilat, dan teriakannya lebih mirip perintah hormat, ada kemungkinan dia bukan provokator beneran, melainkan hanya seorang intel yang sedang mengalami identity crisis akut. Konon, dari sel tahanannya, terakhir kali dia terlihat berusaha menggambar lingkaran dengan pasta gigi, berharap bisa memanggil Boss Toad untuk menebus kesalahannya.

Posting Komentar