Sumatra, Konoha Nusantara — Kekayaan alam Indonesia kembali disebut sebagai anugrah, sementara banjir yang datang setelah hutan gundul disebut sebagai takdir. Hal ini membuat warga bingung apakah negara sedang menjalankan ninjutsu baru bernama Jutsu Cuci Tangan no Jutsu.
Bencana banjir di beberapa titik Sumatra disebut-sebut terjadi secara “alami”, meski kenyataannya area yang dulu hijau kini berubah jadi mirip arena latihan Chūnin: lapang, botak, dan penuh bekas ledakan—yang sebenarnya bukan ledakan, tapi ekskavator.
Menurut penyelidikan tim Konoha Lingkungan Squad, hilangnya hutan di Sumatra ternyata bukan disebabkan oleh serangan Bijuu, tetapi oleh nin-nin berjaket proyek yang gemar menggunakan Jutsu Tebang Seribu. Seorang narasumber fiktif, Pak Darto Senju, mantan Jonin penjaga hutan, memberi pernyataan mengejutkan.
“Dulu hutan ini rimbun kaya rambut Sasuke. Sekarang? Botaknya ngalahin kepala Hokage Pertama di patung tebing itu,” ujar Pak Darto sambil memeluk batang pohon yang tersisa.
Pak Darto mengaku pernah melihat rombongan penambang berjalan dengan percaya diri seperti pasukan Akatsuki, lengkap dengan rompi safety dan helm miring yang memberi efek “badboy korporat”.
“Mereka bilang ini demi pembangunan. Tapi kalau pembangunan bikin hutan ilang, ya sama aja kayak nambah skill tapi HP makin tipis,” tambahnya.
Sementara itu, seorang pejabat fiktif, Mas Dinas dari Clan Administrasi, berdalih bahwa kejadian banjir adalah ujian hidup level S-rank.
“Kita harus menerima takdir, karena ini semua sudah tertulis,” katanya sambil memegang map kosong berlogo pemerintah.
Namun pernyataan tersebut dibantah oleh Mbah Tamin Uzumaki, sesepuh desa.
“Takdir dari mana? Yang ngebabat hutan siapa, yang buka tambang siapa, yang bilang takdir siapa. Ini kalau di Konoha udah kena rapat darurat para Hokage!”
Mbah Tamin bahkan memberikan gambaran humoris:
“Kalau pohon tumbang terus diganti tambang, ya jelas air bingung mau ke mana. Dia tuh kayak ninja yang disuruh masuk rumah tapi pintunya ditutup semua.”
Di lapangan, warga setempat mulai memberi nama-nama Gen Z untuk fenomena alam yang terjadi. Ada banjir yang dijuluki “Banjir Gaskeun Edition”, tanah longsor disebut “Slope Sliding Challenge”, dan sungai keruh dianggap “River but Make It Iced Latte”.
Pada akhir laporan, tim Konoha Lingkungan Squad memberikan pesan moral bagi pemerintah tercinta:
“Kalau hutan dianggap anugrah dan banjir dianggap takdir, berarti logikanya: menebang pohon = ibadah, bikin tambang = sedekah. Tapi mohon maaf, itu jutsunya salah server.”
Warga berharap pemerintah segera mengganti jurus dari “Cuci Tangan no Jutsu” menjadi “Reboisasi Rasengan” agar Sumatra kembali hijau, bukan hanya di peta, tetapi juga di kenyataan.
Dan ingat: Jika alam berbicara, jangan dibalas dengan dalih. Balaslah dengan aksi… atau minimal dengan menanam satu pohon, bukan satu tambang lagi. 🌳✨
Posting Komentar